Monday, July 20, 2009
Hidup BerTuhan (2)
KENALKAN TUHAN DULU BARU KENALKAN SYARIAT
Kita mesti mengenal Tuhan melalui ilmu. Coba kita lihat sejarah Rasulullah SAW yang
berjuang sebanyak 23 tahun, perjuangannya terbagi 2:
1. Memperjuangkan Tuhan selama 13 tahun.
2. Memperjuangkan syariat Tuhan selama 10 tahun.
Padahal Tuhan satu, sedangkan syariat Tuhan beribu banyaknya tapi masa yang diambil
untuk memperjuangkan Tuhan lebih banyak. Sebab, apa arti berjuang bila tidak cinta
Tuhan, apa arti shalat, bila tidak cinta Tuhan. Apa arti menolong orang tua bila tidak cinta
Tuhan. Padahal sayang lebih besar dari menolong. Sayang lebih besar daripada patuh.
Sebab itu kalau sembayang, puasa, naik haji dll. akan ditolak kalau dibuat tanpa cinta
Tuhan. Apa artinya bersyariat kalau tidak kenal tuhan dan kalau tidak ada hubungan
dengn tuhan. Padahal syariat adalah yang menghubungkan dengan tuhan.
Disinilah kesalahan kebanyakan ulama, para mubaligh dan para pejuang, lebih banyak
menceritakan tentang halal, haram. Masih banyak lagi masyarakat yang tidak shalat dan
tidak faham tentang tuhan, tiba-tiba mereka hendak menegakkan hukum hudud.
Sedangkan hudud ini dalam Islam kedudukannya diujung. Akibatnya orang takut dengan
Islam. dia belum lagi suka dengan shalat, tiba-tiba dikenalkan dengan potong tangan.
Sebab itu orang takut.
Karena itu kenalkan dulu Tuhan baru syariat. Kalau sudah cinta dengan tuhan, jangankan
shalat, nyawa pun dia berikan. Inilah masalah umat Islam seluruh dunia. Banyak pejuang
Islam di seluruh dunia, mengenalkan Islam dengan peperangan. Padahal Allah mengutus
Rasulullah SAW untuk Islamkan orang, bukan untuk membunuh orang. Rasulullah SAW
datang dengan kasih sayang, bukan membawa kebengisan.
Yang sebenarnya lebih baik pendekatan kita adalah untuk mengenalkan dan memberi
kefahaman tentang takut dan cinta dengan Tuhan. Hari ini pendekatan para ulama, para
pendakwah, pejuang-pejuang, pendekatannya Lebih banyak menceritakan syaraiat
daripada menceritakan tuhan. Bila syariat banyak diceritakan, tentang Tuhan hanya
sedikit saja, maka kalau ada orang yang dapat menegakkan syariat tapi syariat hanya
menjadi ideologi. Akibatnya walaupun banyak shalat, naik haji berulang kali tapi
perangai tidak berubah. Mengapa shalat tidak melahirkan akhlak mulia? Mengapa
berjuang tidak melahirkan akhlak mulia? Pergi umrah, naik haji, belajar, baca quran,
tidak melahirkan akhlak mulia? Mengapa tidak lahir? Sebab orang beribadah bukan
karena mencintai Tuhan. Dia beribadah dan bersyariat tapi terputus dengan tuhan, sebab
itu beribadah dengan terpaksa.
Setelah kejatuhan empire Islam 700 tahun, orang hanya mengenalkan syariat saja. Tuhan
tidak dikenalkan lagi. Kalaupun hendak mengenalkan Tuhan, hanya mengenalkan saja,
tidak sampai rasa cinta, tidak sampai rasa takut, ini penyebabnya. Bahkan orang yang
tidak kenal Tuhan, ketika beribadah jemu, maka untuk apa bersyariat.
Sedangkan kalau kita buat kerja untuk orang yang kita kasihi, tidak kenal letih, rasa
senang. Susah pun tidka mengapa. Tapi kalau bekerja untuk orang yang bukan kita kasihi,
betapa tersiksa. Seperti kita buat kerja di kantor, kita tidak suka dengan boss, betapa
siksanya, hendak datang ke kantor. Tapi kalau kita sayang dengan boss, kita buat kerja tak
kenal letih. Begitulah kalau sudah kasih, menjalankan arahannya kita rasa senang,
sedekah rasa senang, puasa, shalat rasa senang. Kalau kita tidak sayang, maka shalat pun
tidak terasa indah, tidak rasa senang, sebab tidak kenal dengan Tuhan, tidak kenal dengan
yang punya syariat, itu penyakitnya.
Kalau kita sayang dengan orang tua, maka kita tidak tunggu dia hendak beri makan/tidak,
apakah dia akan memberi pakaian atau tidak, kita tetap rasa senang. Tetapi kalau kita
tidak sayang dengan Tuhan, bila doa kita tidak dikabulkan, kita marah dengan Tuhan.
Kita dapat melihat dalam keluarga, anak yang baik, walaupun orang tua tidak memberi,
dia tak marah, tapi anak yang jahat, orang tua tidak memberi, dia marah.
Hamba yang baik, Tuhan tidak memberi, tidak apa-apa. Bagi dia, itu bukan satu masalah.
Aku ingin berkhidmat dengan Tuhan. Kalau orang yang tak baik, ketika doanya tidak
dikabulkan dia protes dengan Tuhan.
Yang sebenarnya kalau orang paham tentang Tuhan, maka yang lezat itu bukan ketika Dia
memberi sesuatu, tapi berkhidmat dengan Allah itu yang lezat. Dapat kelezatan
berkhidmat itu satu nikmat yang besar. Tapi itu tidak mudah, mesti betul-betul kenal
dengan Tuhan. Kalau sekedar beriman saja, tidak akan mencapai taraf itu. Sekedar iman
yang sah saja, baru sampai tahap asas. Dari kecil sampai besar iman sampai tahap asas
saja, walaupun shalatnya banyak, wiridnya banyak, tapi iman tidak berkembang. Sebab
itu akhirnya jemu dengan ibadah. Lebih-lebih lagi kalau Tuhan uji, hati pun berkata aku
sudah shalat, sudah puasa, sudah wirid banyak, tapi Tuhan masih menguji.
Sebab itu para malaikat, walaupun ibadah tidak banyak, hanya satu saja tapi ibadahnya
terasa lezat, mabuk, sebab dia kenal Tuhan. Walaupun ibadahnya hanya tasbih saja,
tahmid saja tapi terasa lezat. Kalau sujud, sujud saja dia terasa lezat. Malaikat itu hanya
satu saja ibadahnya, dia sudah terasa lezat dengan ibadahnya itu, tidak jemu.
Begitu juga dengan Nabi Adam, ketika dia berbuat kesalahan, dia rasa menyesal dan
sujud selama 40 tahun, dia tak sadar sebab dia sudah terasa lezat dengan sujud itu.
Karena itu kalaulah kita dapat merasakan sebagaimana yang Tuhan firmankan, Tuhan
bersama dengan hambaNYa, di mana saja berada. Maka di mana-mana kita merasakan
Tuhan melihat, Tuhan mendengar, dimana saja. Tentu kita tidak akan terganggu dengan
hal-hal lain.
Kalaulah kita ibaratkan ada harimau di depan kita, kita sadar di depan kita itu betul-betul
harimau, dapatkah saat itu kita teringat makan, teringat istri, teringat ingin ke pasar dll.
Tentu tidak dapat. Begitulah juga dengan Tuhan, kalau kita merasa Tuhan itu wujud,
mendengar, melihat, maka apa saja tidak akan menganggu kita, seperti uang, pangkat,
kekayaan, dll.
Sebab itu roh mesti kita hidupkan selalu dengan Tuhan. Rasa bertuhan itu sangat penting,
bukan hanya sekedar percaya saja dengan Tuhan.
Bersambung...
Labels:
Minda
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment
Comment here...